Powered by Blogger.

THE BEAUTIFUL FROG

    • Home
    • Travel
    • Stories

    Hari kedua kita mulai dengan berangkat ke Schonbrunn palace. Naik kereta dari Schottenring line warna hijau sampai ke Schonbrunn. Keluar dari stasiun Schonbrunn kita langsung bisa melihat istana Schonbrunn ini. Tapi untuk menuju pintu masuk butuh jalan kaki sekitar 3-5 menit.

    Harga tiket dan lain-lain sudah tertera di website

    http://www.schoenbrunn.at/en.html

    Kita memilih imperial tour yang berisi tour ke 22 ruangan di istana. Untuk para pelajar bisa menggunakan kartu pelajar kalian untuk mendapat harga pelajar.

    Harga tiket masuk imperial tour ( student ) : 11.90 €





    Begitu masuk kalian yang membawa tas punggung harus dititipkan di tempat penitipan barang, sedangkan tas tangan boleh dibawa masuk. Sayangnya di dalam istana, pengunjung tidak diperbolehkan mengambil foto. Padahal pengen  foto terus masukin instagram kan....captionnya “ Home Sweet Home “ :p

    Setelah itu kalian boleh mengambil audio guide berbentuk seperti telfon wireless. Sepanjang tour kalian bisa menekan nomor yang ada sesuai dengan nomor ruangan. Misalnya kalian berada di ruanga nomor 9, maka tekan nomor 9 dan akan ada penjelasan tentang ruangan itu. Keren kan?

    Agak aneh sih karena didalam istana semua orang berjalan sambil memegang audio guide tersebut. Hahaha

    Selanjutnya tour memakan durasi sekitar 40 menit. Tapi nggak berasa lama karena ruangan di dalamnya bagus dan ada sejarah-sejarahnya. Pokoknya menurut kami bertiga ini sepadan dengan harganya deh! Recommended !

    Jangan lupa beli oleh-oleh dari Schonbrunn ini. Gue beli taplak gelas seharga kalo nggak salah 5 €. Saran gue sih beli yang edisi Schonbrunn aja. Kalau magnet atau embel-embel bertuliskan ‘Vienna’ bisa dibeli dengan harga lebih murah di tempat lain.

    Balik ke stasiun Schonbrunn kita langsung cuss ke Belvedere. Nah untuk ke Belvedere ini kita harus turun di Karlsplatz. Keluar dari Karlsplatz bakal ngeliat St.Charles Church lagi dan kemudian jalan ke belakangnya dikit dan ambil kanan aja sampai ketemu patung pahlawan, ikutin jalan dan akan menemukan banyak bendera-bendera bertuliskan ‘Belvedere’. ( sederhananya : google maps aja deh! )

    Belvedere dari luar

    Sesampainya di Belvedere, luarnya kurang menarik dan harga tiket masuk lumayan mahal sekitar 12€. Di dalam kita bisa melihat pameran lukisan. Tapi karena nantinya di Albertina Museum kita juga akan melihat pameran lukisan karya maestro-maestro dunia, kita jadi memutuskan nggak masuk dan langsung ke Albertina Museum aja.

    Tapi kalau mau tau tentang Belvedere ini bisa buka di websitenya;
    https://www.belvedere.at/en

    Dari Belvedere jalan balik ke arah St.Charles dan kemudian  berjalan ke arah State Opera. Dari sana tinggal berbelok sedikit dan akan ketemu Albertina Museum.


    lampu lalu lintas yang bikin baper

    Waktu di jalan menuju Albertina Museum gue melihat hotel Sacher. Menurut blog traveltarius ( baca entar  ) kue Sacher Torte khas dari Vienna adanya di hotel ini dan wajib dicoba kalau ke Vienna. Kita bertiga pun masuk. Ternyata untuk mendapat tempat duduk kita harus antri. Tapi antrinya nggak lama sih... karena tempat ini cuma untuk makan kue dan minum teh sebentar.

    The famous sacher torte

    apple struddle 

    Kita pun memesan satu potong kue Sacher torte dan satu apple struddle yang asalnya juga dari Vienna. Kenapa hanya pesan satu? Karena satu potong kue Sacher harganya 6€ atau setara dengan Rp.90,000,- !!

    Menurut gue kue Sacher ini rasanya biasa aja...hehehe... untuk pecinta coklat mungkin akan menjadi surga tersendiri. Bagi gue yang biasa saja dengan coklat, kue ini terlalu manis dan ada sedikit asam mungkin dari selai buah (?). Sedangkan apple struddle yang nggak kalah mahalnya bikin perut gue enek. Awalnya gigitan pertama, apple struddle ini terasa enak banget. Tapi lama-lama jadi enek dan malah nggak habis.

    Saran gue, jika memang mau mencoba kue Sacher dan apple struddle bisa bagi-bagi bertiga atau berempat kecuali kalian memang penggemar makanan manis.

    Lanjut ke Albertina Museum...
    Di Albertina Museum kalian bisa melihat karya-karya maestro dunia mulai dari masa renaissance, romantik sampai impresionisme. Contohnya karya Lenodaro Da Vinci dan Picasso.

    http://www.albertina.at
    Harga tiket masuk : 8.5 €.

    lukisan karya Pablo Picasso : Woman with a Green Hat

    Ketika gue melihat secara langsung lukisan-lukisan impresionist, jadi berasa banget ‘pemberontakan’ yang ada pada seniman-seniman masa itu. Tadinya semua harus terstruktur dan sesuai dengan realitas, namun pada masa impresionisme ini seniman-seniman lebih berani mengungkapkan perasaan yang terlintas dalam diri mereka.

    Oh ya, di Albertina Museum ini gue juga bertemu teman dekat gue sejak SMP yang kebetulan sedang melancong ke Vienna juga. Lama tak jumpa malah ketemu di Vienna. Lumayan, sedikit melepas rindu.

    temu kangen!


    Keluar dari museum Albertina, langit udah agak gelap. Kitapun pergi menuju sebuah cafe yang terkenal bernama ‘ Alt Wien’. Menurut pernyataan warga lokal, cafe ini adalah salah satu cafe tertua di Vienna. Menu yang paling terkenal adalah schnitzel. Kalian akan tahu sebentar lagi, apa itu schintzel...


    Cafe Alt Wien ini letaknya lumayan terpencil, maksudnya di jalan-jalan kecil gitu. Kalau mau kesini mending google maps dulu dari hostel atau kalau memang ada data di smartphone malah lebih baik.

    ini dia Schintzel alias babi goreng tepung (?)

    Setibanya di Cafe Alt Wien betul saja, interiornya otentik banget. Keliatan tua dan cozy. Tempatnya juga ramai dan hampir semua orang disitu memesan Schnitzel. Untuk harga Schintzel gue agak lupa, kalau tidak salah sekitar 10€.



    Bagi yang muslim, Schintzel tidak gue sarankan karena mengandung daging babi. Hehe...

    Tapi di Cafe Alt Wien ini juga ada pilihan lain tapi menunya dalam bahasa Jerman, jadi bersiaplah menerjemah satu persatu. Untuk penggemar kopi juga disarankan memesan kopi disini. Sayangnya gue nggak minum kopi, jadi tidak mencoba.

    Setelah kenyang, kami pun kembali ke hostel dan beristirahat.
    Besok kami akan kembali ke Zlin tapi sebelumnya mau melihat The Prater alias bianglala yang usianya udah tua banget. Kita juga mau berkunjung ke Toko Sederhana yang menjual makanan-makanan Indonesia :D

    Cerita hari ke-tiga akan gue ceritakan di postingan berikutnya....ok!

    Semoga terbantu,
    Enjoy :)

    Posting mengenai Vienna lainya : 


























    Continue Reading
    Setelah beres urusan perut, kita bertiga langsung jalan ke tujuan pertama yaitu Stadtpark. Tapi seperti yang gue bilang di postingan sebelumnya ( baca entar ) u-bahn yang kita naikin ngga berhenti di stasiun Stadtpark tapi ngelewatin doang. Akhirnya kita memutuskan untuk turun di stasiun berikutnya yaitu Karlsplatz. Begitu keluar dari stasiun ternyata langit sudah agak gelap. Maklum udah sore sekitar jam 5.


    di stasiun u-bahn
    kita beli tiket untuk jangka waktu 48 jam seharga 13.3 €


    Awalnya kita berencana untuk jalan ke stadtpark, tapi karena kita hilang arah akhirnya kita jalan-jalan aja disekitar situ. Ternyata disekitar karlsplatz itu banyak atraksi turis yang harusnya kita datengin di hari ke-dua. Pertama setelah keluar dari stasiun kita akan melihat gereja St.Charles yang berdiri megah terus agak dramatis karena ada efek lampu + refleksi air dari kolam di depanya. Tapi entah kenapa kolam itu surut waktu kita dateng, mungin karena lagi winter (?).

    Gereja St.Charles dikala senja. Cocok buat tempat remaja galau.

    Waktu lonceng di gereja St.Charles ini berdentingan itu rasanya indaaaahhh banget. Dramatis deh! Dilengkapi sama burung-burung merpati terbang-terbang gitu dan langit warna biru laut. Ah Cakeeppp...!

    Setelah menikmati keindahan gereja St.Charles, kita melihat ada gedung Musikverein di seberang. Jadilah kita menyebrang kesana dan foto-foto. Atas rasa penasaran, kita bertiga mencoba masuk ke gedung mevvah itu. Ya, mevvah. Begitu masuk berasa seperti di sinetron yang ceritanya gadis kampung tiba-tiba dipinang dan jadi orang kaya, atau tiba-tiba ternyata gadis kampung tersebut adalah anggota kerajaan.


    Musikverein nan megah.

    Langit-langit di dalam Musikverrein.

    Saat lagi asyik foto-foto, tiba-tiba ada seorang pria berjas menghampiri kita. Lalu Ia bertanya, “Hello, How can I help you?” dengan nada kurang ramah. “No...thank you,” kata gue. Terus dia malah songong “If you don’t have anything here you can go out.” Dasar Kompeni! Akhirnya kita bertiga keluar dan sedikit ngedumel karena diusir. Padahal di dalem luas dan keberadaan kita juga tidak mengganggu. Hem... entahlah.

    Selanjutnya kita berjalan mencari gedung State Opera. Ditengah jalan ketemu semacam “warung” jadi kita makan dulu karena agak lapar. Gue beli mie goreng seharga 3.5 €.

    Dari warung itu kita udah bisa liat gedung State Opera yang megah. Akhirnya ketika sampai di depan gedung kita langsung foto-foto ala turis. Disana banyak turis Asia juga tentunya dengan tongkat selfie alias tongsis ;P

    Gedung State Opera.

    Ketika itu gue melihat sebuah toko di State Opera dan tertarik. Jadi kita bertiga masuk ke dalam toko tersebut. Sebelum masuk tiba-tiba seorang pria berjubah merah ala pegawai kerajaan menghampiri kita. Pria-pria semacam itu akan lo temukan di sekitar gedung State Opera dan St.Stephen Church.

    Dia menawarkan tiket nonton opera di Hofburg Palace dengan iming-iming harga murah dan tempat duduk di VIP. Tapi setelah berdiskusi kita bertiga males karena keliatan kurang bonafit. Akhirnya kita bilang “kita pikir-pikir dulu ya, mau liat-liat ke toko ini dulu.”

    Waktu kita keluar dan berusaha cepat-cepat menjauh dari si pria tadi, dia langsung manggil dan nyamperin dan nawarin lagi. Pura-pura telfon bosnya lah dan nanya ke temannya dia apakah dia boleh menjual tiketnya untuk kita nonton besok.

    Ini dia nih kelemahan orang Indonesia, kita sulit menolak! Tapi karena emang malesin banget dan harganya juga nggak murah sekitar 30€ jadi kita menolak. Akhirnya gue pun bilang dengan tegas “ No we don’t want to watch it today. We have booked another ticket for March” ( karena emang kita mau nonton bulan Maret di Praha.) Lalu biasa lah, dia langsung ngomong kata-kata yang nggak enak, “ If you don’t respect mozart it’s okay! Fuck you mother fucker!” dengan logat Eropanya.

    Yang harus dijauhi.
    Tipsnya : Pura-pura nggak ngerti dia ngomong apa.

    Hal itu bikin kita bertiga jadi ilfeel!! ( biasa deh cewek...gampang ilfeel ) Baru jam 7 tapi kita memutuskan untuk kembali ke hostel karena dengan demikian kita belajar harus menata perjalanan besok supaya tidak ditipu dalam hal harga tiket dan lain-lain.

    Setibanya di hostel kitapun merencanakan perjalanan di hari ke dua. Kita merencanakan di lounge yang tersedia di Meininger ini sambil makan sisa pizza dan mie goreng yang beli di warung tadi. Hehe

    Rencana perjalanan hari ke dua :
    -       Schonbrunn Palace
    -       Belvedere Palace
    -       Albertina Museum

    Cerita hari kedua akan gue ceritakan di postingan berikutnya !
    So stay tune!



    Semoga terbantu ya dengan postingan ini,

    Enjoy :)

    Posting mengenai Vienna lainya : 























    Continue Reading
    Perjalanan ke Vienna dimulai tetap dari Zlin. Pertama-tama kita bertiga naik bus dari Zlin ke Brno durasi 1,5 jam. Lagi-lagi gue tekankan supaya memilih kursi bus yang ditengah-tengah biar gak mabok darat kaya kita bertiga.

    Setibanya di Brno pk.09:30  kita masih harus menunggu bus ke Vienna. Bus baru tiba 2 jam lagi. Jadi kami memutuskan untuk sarapan dulu di sebuah cafe ‘yang buka’ ( Karena hari Sabtu dan Minggu hampir semua toko tutup atau buka setengah hari saja ). 

    Lanjut duduk di bus selama 2 jam menuju Vienna. Bus dalam negri dan bus yang keluar negri ternyata beda dalemnya. Bus keluar negri seperti yang kami naiki punya TV di setiap kursi dan ada banyak pilihan film walau mayoritas hanya tersedia dalam bahasa Ceko. Tapi, jangan harap bisa nonton kalau mabok darat kayak gue. Di perjalanan kalau nggak mabok darat bisa liat pemandangan indah dari jendela. Kalau mabok darat yaudah tidur aja!

    Bus PP Zlin-Brno-Vienna : 24.8  € ( sekitar Rp.370,000,-) 

    https://www.studentagency.eu/en/



    Sampai di Vienna kita turun di U2 Stadion. Begitu turun kita disapa sama angin. Angin waktu itu kueeenceeengg banget. Sampe-sampe mau jalan aja kadang ketiup angin. Tadinya kita berencana akan jalan kaki ke hostel karena kebiasaan selama di Zlin kita selalu jalan kaki kemana-mana kali ya....ciee...sombong :p

    Tau-taunya pas udah di terminal kita malah celingak-celinguk dengan kepala masih agak pusing dan pengen muntah akibat mabok darat. Vienna ternyata beda banget sama Zlin dan Brno. Kita tengok kanan kiri manusianya dikit banget, mungkin karena letak terminal ini emang agak di pinggir kota kali ya. Karena nggak mau ambil resiko masuk angin akut akhirnya kita menyerah dan memutuskan nggak jalan kaki. Tapi naik apa? Lagi-lagi kita masih celingak-celinguk akibat mabok darat.

    Tapi celingak-celinguk kita membawakan hasil, yaitu nemu tempat informasi! Hehehe.. Si petugas informasi pun ngasih tau kita harus naik U-Bahn ( Subway ) jalur U2 dari Stadion – Schottenring dan dari situ kita disuruh jalan atau kalau nyasar tanya orang lagi.

    Stasiun U-bahn di Stadion
    Jalan kaki 1 menit dari tempat turun bus.

    Menunggu kereta menuju Schottenring


    Kita lalu beli tiket sekali jalan seharga 2.2 € lalu kita validate di mesin warna biru yang selalu ada sebelum memasuki stasiun.  Kereta melaju cepat dan nggak lama kita sudah sampai di Scottenring. Keluar dari stasiun Scottenring suasana sepi dan hening abis. Cuma ada beberapa orang lewat. Mau nanya juga kepriben. Akhirnya berbekal peta dari petugas informasi, kita cari tau jalan ke hostel. Tentunya kita buka peta di tempat yang agak sepi ( walau semua tempat disitu sepi sih... soalnya Sabtu ).

    sepinya hari Sabtu :(

    Saking sepinya kita kira itu mobil lagi parkir, padahal lagi di lampu merah 


    Dengan modal nekad tanpa adanya akses internet, kita kembali ke zaman dimana google maps dan waze belum sepopuler sekarang. Nggak lama ketiga otak jenius yang kita miliki langsung bisa melacak dimana keberadaan hostel tersebut! Mengikuti jalan di peta emang agak membingungkan tapi akhirnya kita ketemu juga sama si hostel ini.

    Melipir buat liat peta di depan toko yang tutup.
    Untungnya sepi jadi nggak malu-maluin.

    Kita menginap di hostel Meininger Down Town Franz. Kami memilih kamar untuk 4 orang female dorm tapi tiba-tiba ditempatin di 6 orang female dorm. Ya... kita sih ojo dumeh. Tempatnya cozy dan bersih. Cukup memuaskanlah untuk harga yang kita bayar.

    Total menginap di hostel per orang untuk 2 malam : 22 € ( sekitar Rp.326,000,- )
    Cukup terbilang murah kan !?

    http://www.meininger-hotels.com/en/home/


    Kamar isi 6 orang

    Toilet sebelah kanan untuk mandi.
    Tersedia hairdryer tapi gak ngefek gitu hairdryernya jadi mending bawa sendiri aja. 
    Ada hand soap, hair and body shower gel juga. 

    Kamar mandi sebelah kiri buat pipis, pup, dan cuci tangan.

    Di setiap kasur ada tempat menaruh kartu nama yang dikasih di resepsionis. 
    Agak kayak di penjara sih.


    Karena kebanyakan restoran tutup dan pas ada yang buka harganya sekitar 8-9 € ( coba dikali Rp.15,000,- ), kita akhirnya memutuskan untuk pergi ke BILLA ( Supermarket yang buka saat itu ) untuk beli makanan microwave. Gue memilih semacam nasi goreng, dan sup kaleng. Untuk sarapan besoknya kita patungan beli garlic bread yang tinggal di microwave dan pisang yang satu sisirnya pas ada tiga.


    Harga makanan yang gue beli di BILLA :
    Nasi goreng tapi bukan  ± 2.5 € ( sekitar Rp.37,000,- )
    Sup Kaleng  1.5 € ( sekitar Rp.20,000,- )


    Ini sedikit tips kalau mau berhemat di negri orang. Di hostel tersedia dapur kecil, ada microwave, panci, alat masak, alat makan, kompor, gelas, dan lain-lain. Jadi lebih baik beli makanan microwave atau patungan beli bahan makanan kalau pergi rame-rame. Sebetulnya di Meininger ini juga ada free foods alias makanan geratis. Tapi itu sebenarnya sisa-sisa bahan makanan yang ditinggalin sama pelancong lain jadi agak sedikit jorok sih... Tapi kalau lo merana banget udah nggak punya duit ya boleh lah jorok dikit... Ada juga roti yang disediain dari hostelnya tapi cuma ada sekitar siang-malem.





    Setelah makan kenyang jangan lupa cuci piring! Oh ya, di Meinhenger juga disediakan mesin cuci dan dryernya sekaligus. Cuma karena kita hanya menginap 2 malam jadi mendingan bawa pulang cucian dan nyuci di asrama. Tapi kalau lo menginap semingguan dan berencana akan ke negara lain sehabis dari situ mending nyuci baju aja sob biar wangi. Hehe

    Habis selesai cuci piring dan perut sudah kenyang, kita pun bergegas keluar untuk memulai eksplorasi. Susah juga karena kita nggak punya internet saat di Vienna kecuali di tempat yang ada wifi. Peta manual menjadi andalan kita deh !

    Kita awalnya mau ke Stadtpark tapi keretanya nggak berhenti disana padahal ngelewatin. Akhirnya kita turun di stasiun selanjutnya dan karena sudah malam kita memutuskan untuk eksplorasi aja dimanapun kita berada. Kisah selanjutnya akan gue post di posting berikutnya :)


    Semoga terbantu dengan tulisan gue ya!
    Enjoy

    Posting mengenai Vienna lainya : 

































    Continue Reading
    Newer
    Stories
    Older
    Stories

    About Me

    My photo
    Vivi Rans
    View my complete profile

    Featured Post

    Europe Travelling - Transportasi Untuk Keliling Eropa [ Bus ]

    Labels

    Life and Travel Cerita Cerita Exchange ke Ceko AUSTRIA Ceko Travel Tips Brno HUNGARIA JAPAN Olomouc & Ostrava PARIS SANTORINI Tulisan

    Blog Archive

    • April 2019 (1)
    • January 2019 (1)
    • August 2017 (1)
    • July 2017 (1)
    • January 2017 (1)
    • November 2016 (1)
    • July 2016 (2)
    • June 2016 (1)
    • May 2016 (2)
    • April 2016 (2)
    • March 2016 (3)
    • February 2016 (7)
    • January 2016 (1)

    Most Popular

    • Gunung Gede | Ketika Pertama Kali Naik Gunung dan Disambut Badai
    • Vipassana | Saya setelah 105 Jam Meditasi dan 10 Hari Tidak Bicara

    Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates

    Back to top