Sejak
SD, saya sangat mendambakan Paris. Terimakasih kepada film “Eiffel I’m in Love”
yang berhasil membuat saya percaya bahwa Paris adalah kota paling romantis di
dunia. Setelah mungkin, sepuluh tahun kemudian, mimpi saya pergi ke Paris pun
terpenuhi.
Flashback film-film yang diambil di
Paris mulai muncul dalam benak saya begitu tiba di Paris.
Eh,
tapi kok!? Kok....gini...!?
Duaaarrrrr..!
Semua
bayangan saya tentang Paris seketika berubah. Paris bukan lagi jadi kota paling
romantis di dunia. Mungkin, dengan adanya ekspektasi yang besar, Paris malah
jadi mengecewakan bagi saya.
Bau
pesing disetiap stasiun metro, menara Eiffel yang tidak se ‘wah’ di foto, turis
dimana-mana, sampai orang-orang Paris yang kebanyakan mengenakan baju berwarna
gelap sehingga menimbulkan kesan depresif.
versi Google
versi saya
Tapi
saya mencoba untuk melihat Paris dari sisi baiknya juga. Hal yang saya sukai di
Paris adalah banyaknya taman kota terutama di pusat kota Paris. Paris pinggiran
seperti tempat dimana saya menginap, lebih banyak diisi oleh imigran-imigran
dari berbagai negara. Paris pinggiran juga tidak begitu terawat dan lagi-lagi,
bau pesing.
Anda
bisa duduk-duduk di taman sambil piknik atau sekedar membaca buku. Tentunya
anda hanya bisa melakukan ini saat cuaca mendukung. Saya juga sempat piknik di salah satu taman
terkenal di Paris yaitu ‘Luxembourg Garden’. Piknik adalah satu dari sekian
teknik saya untuk berhemat selama backpacking di Eropa ini. Anda juga bisa
mencobanya.
luxembourg garden
Sebelum
saya ke Eropa, saya sudah banyak mendengar bahwa orang Eropa itu dingin dan
arogan. Pelayan toko juga tidak terlalu ramah. Hal ini memang benar adanya,
tapi menurut saya ini karena mereka menyetarakan antara pelayan dan pelanggan.
Tidak ada kasta rendah dan tinggi. Saya pun memaklumi hal tersebut. Tapi ada
sebuah pengalaman buruk di Paris.
Waktu
itu saya mampir ke sebuah kios makanan manis di dekat Museum Orsay. Saya
membeli macaroon, crepes, dan croissant. Mengingat pengalaman di Venezia bahwa
makan di tempat dan di bawa pulang memiliki harga berbeda, saya pun bertanya
pada pelayan di kios tersebut, “Can I sit
here?” Saya pikir Ia akan memberi tahu saya bahwa jika saya mau duduk saya
harus membayar dengan harga berbeda, atau apalah... Tapi kagetnya si-pelayan
yang bukan orang asli Prancis ini malah berkata, “Do you think it’s possible to sit in Paris? No way...” Itu bukan
gurauan. Pria itu serius berbicara demikian dengan wajah merendahkan. Sungguh
pengalaman yang tidak akan saya lupakan.
Anehnya,
di kota lain seperti di Roma, Atena, Praha, dan lain-lain, tidak pernah
dibedakan antara harga makan di tempat dan di bawa pulang. Saya juga selalu
diperbolehkan untuk duduk.
Baiklah,
lupakan pengalaman buruk itu. Sekarang mari kita bicarakan tentang Paris lebih
dalam.
Transportasi
Transportasi
di Paris cukup terintegrasi dengan baik. Hanya saja anda akan mencium bau
pesing hampir di setiap stasiun Metro. Anda juga harus bersiap karena
orang-orang Paris akan langsung menyerbu keluar dari Metro dan berjalan sangat
cepat.
Harga
tiket untuk semua jenis transportasi
umum di Paris adalah 1,8 Euro. Tapi anda bisa membeli 10 tiket ( Carnet )
dengan harga 14,4 Euro.
Jika
anda punya budget lebih anda bisa membeli day pass dengan harga 12,2 Euro hanya
untuk 24 Jam. Ya, anda hitung saja berapa kali anda menggunakan transportasi
umum dan lebih untung mana.
Kalau
saya, karena pergi bertiga, kita beli Carnet dan di bagi 3 orang. Jadi jatuhnya
lebih murah.
Museum
Kota-kota
di Eropa punya banyak sekali museum. Dari mulai museum yang benar-benar museum,
sampai museum seks. Begitu juga Paris. Menurut analisa saya, Paris punya banyak
sekali museum yang ‘penting’. Seperti misalnya Louvre yang memiliki lukisan
monalisa karya Leonardo Da Vinci, Orsay yang memiliki lukisan Starry night
karya Van Gogh, Rodin yang memiliki patung The Thinker karya Rodin, dan masih
banyak lagi.
Louvre
Kalau
anda memang tertarik untuk – tidak hanya foto di depan museum – anda tentu
harus membeli tiket. Harga tiket untuk masuk ke museum tidaklah murah.
Kisarannya di atas 8 Euro. Tapi, kalau anda pelajar di Eropa ( termasuk dalam
program pertukaran pelajar ) atau asal anda punya kartu pelajar Eropa, anda
bisa masuk gratis. Yes, ini adalah
hal yang paling saya suka dari Paris. Banyak gratis-an untuk pelajar. :P
Namun
bagaimana jika anda bukanlah pelajar di Eropa?
Pilihannya,
anda bisa membeli tiket secara a la carte alias sendiri-sendiri. Misalnya anda
hanya ingin masuk ke Louvre, anda bayar 15 Euro. Kemudian masuk Orsay, 12 Euro,
dan seterusnya.
Kedua,
anda bisa membeli Museum Pass seharga 48 Euro untuk 2 hari. Mungkin ini solusi yang lebih menguntungkan
jika anda memang akan menghabiskan lebih dari 48 Euro untuk masuk ke
museum-museum. Tapi percayalah, tidak semua museum itu layak dikunjungi dengan
harga tiket yang mahal.
Sejauh
ini museum yang paling berkesan bagi saya adalah Louvre. Banyak lukisan menarik
dan patung-patung terkenal seperti patung Venus karya Michelangelo.
Oh
ya, mari sekarang kita bahas tentang Louvre lebih dalam. Kenapa saya ingin
membahas Louvre? Louvre adalah salah satu simbol Paris sekarang ini. Coba,
berapa banyak teman anda yang saat di Paris, berfoto bersama piramida di
Louvre? Banyak kan?
Untuk
masuk ke Louvre anda perlu mengantri. Tapi biasanya antrian di Eropa walaupun
panjang, tidak akan memakan waktu lama. Di dalam Louvre anda juga akan kesal dengan
ramainya turis disana. Untuk foto monalisa saja anda perlu bergantian dengan
orang lain. Jadi, ini beberapa tips untuk anda, kiranya dapat berguna.
Tips
untuk museum Louvre :
- Beli tiket online untuk menghindari antrian panjang
- Jika anda memiliki kartu pelajar Uni-Eropa yang masih aktif, anda bisa langsung masuk gratis.
- Jangan mengantri di depan Piramida, antrilah dari pintu masuk lain. Coba, di google pintu masuk Louvre ada dimana aja. Yang jelas, pintu masuk lain tidak seramai pintu masuk di Piramida.
- Datanglah hari Rabu dan Jumat mulai jam 6 sore keatas karena lebih sepi dari jam-jam pagi. Rabu dan Jumat museum buka hingga jam 10 malam.
- Jumat, mulai jam 6 sore, masuk gratis untuk anda yang berusia dibawah 26 tahun.
- Minggu pertama di setiap bulan, masuk gratis bagi siapa saja.
- Jangan datang hari Selasa, karena museum tutup.
- Tidak perlu beli audioguide, cukup google aja dulu dan screenshot penjelasan tentang master-piece yang ada di louvre. Opsi lain, dengerin aja pemandu wisata dari grup lain yang ada disana. Hahaha
- Louvre itu besar! Mulai lah dari melihat apa yang mau di lihat. Anda bisa menghabiskan seharian penuh di Louvre.
Makanan
Akhir-akhir
ini, macaroon sedang marak di Jakarta. Cobalah macaroon saat anda ada di Paris.
Tidak perlu di toko mahal, cukup di kios pinggir jalan saja. Kisaran harga
dibawah 1,5 Euro untuk satu buah.
jangan salah fokus ya ! :P
Coba
juga croissant. Beli croissant dimana saja juga enak. Sama aja seperti beli
tempe goreng di Indonesia. Jangan lupa juga mencobca crepes! Kalau untuk Crepes
saya sarankan beli di kios atau kafe yang lebih terjamin. Saya mencoba sekali
yang dijual di gerobak dan si-mas kurang pengalaman jadi kadang gosong kadang
tumpah-tumpah.
Mumpung
di Paris, coba pastry sebanyak-banyaknya. Beda loh antara pastry di Paris dan
di Ceko. Hehehe
Oleh-oleh
Ini
nih! Saya sebetulnya ingin membelikan oleh-oleh untuk semua orang. Tapi gimana
ya, harga gantungan kunci aja bisa Rp.30,000,- . Maaf ya teman-teman. Menurut
tips dari flat-mate saya yang orang Prancis, saya bisa membeli gantungan menara
Eiffel dengan harga miring dari penjual imigran.
Ya,
jika anda pergi ke tempat turistik di Paris seperti menara Eiffel dan Louvre,
anda akan menemukan banyak imigran ( mayoritas orang Afrika dan Asia Barat )
menjual gantungan kunci menara Eiffel. Nah yang ini pas di kantong! Rp.15,000,-
bisa mendapat 5 buah. Sampai saat ini, itu adalah harga gantungan kunci
termurah yang saya temui. Maka, belilah!
Yasudah,
jangan baca doang... Buruan ke Paris.
Saya
doakan perjalanan anda berkesan. :)